Minggu, 25 Desember 2016

kemunculan ilmu kimia pada zaman Nabi Musa

BAB I PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang Masalah 

Sejarah patut untuk dikenang dan digunakan sebagai pengetahuan penting bagi perkembangan suatu zaman atau kaum. Sedang kimia merupakan suatu bagian penting bagi kehidupan manusia yang juga merupakan proses rekayasa yangnmembantu percepatan perkembangan teknologi dan membantu terbentuknya semua obat-obatan untuk kesehatan manusia. Sehingga sejarah kimia menjadi penting untuk diketahui terutama oleh mereka yang bergelut dibidang ilmu kimia. Berikut adalah beberapa peristiwa penting yang dapat anda ketahui mengenai sejarah keilmuan kimia. Ilmuan mesir adalah orang pertama yang diyakini sebagai tonggak sejarah penerapan ilmu kimia di dunia yakni pada tahun 3200 sebelum masehi (SM). Ketika itu para ilmuan di mesir berhasil memproduksi tembaga dari bijih dengan bantuan api dan bara dari kayu. Begitupn dengan kaca yang ditemukan oleh orang mesir pada tahun 3000 SM. Sebenarnya ilmu kimia muncul pada zaman Nabi Musa yang di wahyukan dari Allah SWT melalui perantara malaikat Jibril. Karna kerendahan hati nabi Musa beliau berbagi ilmu kimia tersebut kepada Qorun yang merupakan sepupunya. Tetapi Qorun manfaat dari pemanfaatan ilmu kimia di salah gunakan oleh Qorun.setelah. setelah menguasai ilmu yang di berikan Nabi Musa kepadanya, Qorun menjadi orang yang sombong dan meninggalkan kewajibannya sebagai hamba Allah..
 B. Rumusan masalah 
1. Bagaimana ilmu kimia pada zaman nabi Musa? 
2. Apakah isi kandungan dari surat Al-Qasas ayat 78? 
C. Tujuan penulisan 
1. Untuk mengetahui sejarah ilmu kimia zaman Nabi Musa. 
2. Untuk mengetahui isi kandungan surat Al-Qasas ayat 78.
D. Manfaat Penulisan 
1. Memberikan wawasan mengenai ilmu kimia pada zaman Nabi Musa. 
3. Memberikan pengetahuan tentang isi kandungan surat Al-Qasas ayat 78. 

 BAB II PEMBAHASAN
 A. Ilmu kimia pada Zaman Nabi Musa 

Pada zaman Nabi Musa ada seorang Bani Israil yang masih kaum Nabi Musa yang bernama Qarun, bahkan dia masih sepupunya. Ketika Allah SWT memerintahkan penulis kitab Taurat dengan emas Nabi Musa bertanya "wahai Tuhanku dimana aku bisa mendapatkan emas?" kemudian Allah mengajari Nabi Musa ilmu kimia. Pada waktu itu, Qarun merupakan yang fakir serta miskin, mempunyai keluarga yang banyak. ia sebagai laki-laki yang banyak beribadah kepada Allah, ia melakukan salat setiap malam dan puasa setiap har? melihat kondisi Qorun yang seperti itu, Nabi Musa kasihan kepadanya dan memberi pelajaran ilmu agar dapat membantu untuk berbakti kepada Allah SWT dan dapat memberi nafkah kepada anak -anaknya. Qarun cepat pandai dan memahami ilmu sehingga dengan ilmu itu Qarun dapat mengumpulkan harta yang sangat banyak. sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi: "Sesungguhnya kunci-kunci Qarun adalah memberatkan sekelompok manusia mempunyai fisik yang kuat." Ketika Qarun memulai mengumpulkan harta, ia sudah berani meninggalkan ibadah-ibadah sunnah. Kemudian Allah memerintahkan Nabi Musa agar minta zakat harta benda darinya setelah Qarun menghitung jumlah zakat yang sangat besar, ia tidak memberikan zakat itu kepada Musa. Qorun mempunyai 1000 budak dan 1000 amat yang naik kendaraan dengan menggunakan lapak emas dan pakaian uang dihiasi dengan emas. Karena ulah Qorun kaum Bani Isroil terbagi menjadi dua kelompok, satu memihak kepada Nabi Musa dan kedua memihak kepada Qorun Alaihi Laknatullah. Ketika Nabi Musa selalu mendesak Qorun agar mau memberikan zakat, maka Qorun berkata kepada Nabi Musa:" besok pagi aku akan mengumpulkan masyarakat mesir untuk menyelesaikan perdebatan antara aku dan kamu tentang persoalan zakat bila engkau dapat mengalahkan hujjahku maka aku akan memberikan zakat kepadamu. Bila tidak akupun tidak akan memberikan zakat kepadamu." Kemudian nabi Musa bersujud kepadaa Allah serta melaporkan kepadanya apa yang dilakukan Qorun. Kemudian datanglah malaikat Jibril seraya berkata:" Wahai Musa sesungguhnya Allah telah memerintahkan bumi apapun yang menjadi perintahmu untuk membinasakn Qorun, kemudian Nabi Musa datang kepada Qorun yang sedang duduk di atas mahligai dengan alas sutra, Nabi musa memukul tongkatnya di atas bumi dan menuding mahligai Qorun. Seketika itu Qorun terperosok ke dalam bumi. Qorun melompat dari mahligai itu dan Musa berkata" wahai bumi tangkaplah Qorun.". Akibat kesombongan seorang Qorun pada akhirnya Allah SWT melaknat Qorun dengan cara melenyapkannya kedalam bumi bersama harta yang di milikinya. 
 B. Kandungan surat Al-Qashas ayat 76-78 Pada Al-Quran surat al-Qashas ayat 76-78 terdapat isi kandungan yang dapat memberikan pembelajaran dalam kehidupan sehari – hari, diantaranya: Firman Allah dalam surat Al-Qashas ayat 78: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku….”(QS. Al-Qashash: 78) Sedangkan orang yang menyangka bahwa yang dimaksud dengan hal itu adalah bahwasanya Qarun adalah orang yang mengetahui proses kimia (pembuatan/pengubahan logam menjdi emas) atau dia menghafal sebuah nama yang agung (dari nama Allah) yang dia gunakan untuk mengumpulkan harta kekayaan. Yang demikian itu sama sekali tidak benar, karena proses kimia itu hanya sebatas khayalan semata dan bukan kenyataan, serta tidak menyerupai ciptaan sang Khaliq (Pencipta). Sedangkan nama yang agung tidak bisa menaikkan do’a orang yang kafir kepada-Nya.
      Qarun sendiri adalah orang yang kafir di batin dan munafik secara lahiriyah. Kemudian tidak dibenarkan jawaban Qarun terhadap kaumnya dengan jawaban ini (ayat di atas) menggunakan keterangan mereka (bahwa Qarun bisa proses kimia dll), dan tidak ada kaitan/hubungan antara kedua perkataan tersebut. Mengenai masalah ini sudah kami jelaskan dalam kitab Tafsir kami (Ibnu Katsir). Walillahi al-Hamd. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa.” Qarun berasal dari kaum Nabi Musa ‘alaihissalam. Artinya dia berasal dari tengah-tengah masyarakat yang Nabi Musa diutus kepada mereka. Qarun bukan termasuk keluarga Musa. Karena keluarga Musa terdiri dari orang-orang yang beriman berkat dakwah dan risalah yang dia bawa. Karena ahlun tali (keluarga) tidak disandarkan pada kerabat yang tidak beriman. Bisa jadi Qarun adalah orang yang pada awalnya beriman dengan dakwah Nabi Musa. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala membukakan baginya jalan untuk mendapatkan harta dan perbendaharaan-Nya dia lupa dengan seruan yang telah diserukan kepada dirinya karena sibuk dengan kekayaan yang ia miliki, dan kemudian dia berlaku sewenang-wenang pada kebenaran dan kebaikan.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.” Allah telah membukakan untuk Qarun pintu-pintu kekayaan yang luar biasa; seperti emas, perak, dan berbagai macam barang tambang. Allah menguasakan padanya ilmu dan pengetahuan tentang cara mengumpulkan harta. Allah menguasakan padanya cara mengolah dan mengembangkan harta serta cara memelihara dan menjaganya. Qarun telah mempekerjakan sekelompok pembantu dan pengawal dalam menjaga harta dan kunci-kunci perbendaharaannya. Kezaliman Qarun telah melampaui batas. Dia telah menzalimi diri sendiri, kaumnya, dan angkuh terhadap mereka. Qarun memiliki sebab-sebab yang dapat menghantarkan dirinya pada kekayaan di bidang ekonomi hingga dia menjadi pemimpin yang agung. Sepadan dengan kepemimpinan Fir’aun dalam hal politik. Keduanya sama-sama memerankan monopoli pasar dan perdagangan. Memonopoli pemikiran dan akal masyarakat umum yang lugu; yang rela begitu saja dengan kondisi yang ada. Firman Allah, “(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, ‘Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” Menunjukkan eksistensi para da’i yang mengingatkan Qarun kepada Allah. Mereka semua turut serta membantu Nabi Musa dan saudaranya Harun. Perkataan mereka, “Janganlah kamu terlalu bangga.” Artinya, jangan terlalu bangga yang berakibat pada keingkaran dan lupa akan hak-hak Allah. Kebanggaan yang berakibat pada kezaliman dan kesewenang-wenangan terhadap hamba; kebanggaan yang akan menyiksa dan menindas kaum fakir dan lemah. Kaum di sini adalah kaum yang telah beriman berkat dakwah Musa ‘alaihissalam. Mereka ingin sekali agar Qarun mendapatkan hidayah. Mereka tahu apa yang bakal menimpa Qarun jika dia tidak beriman. Mereka adalah kelompok orang beriman yang berbicara lantang dalam rangka merubah kondisi dan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Di antara kaum tersebut terdapat orang-orang yang belum beriman. Kezaliman Qarun telah menjadikan mereka lemah secara materi, faqir, kelaparan, dan sakit. Kondisi tersebut merupakan akibat dari sikap Qarun yang memonopoli perekonomian mereka. Maka ketika mereka menyaksikan apa yang dikatakan orang-orang beriman terhadap Qarun, muncullah mental dan keberanian mereka untuk bergabung bersama kaum mukminin Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikamatan) dunaiwi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaiman Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Nabi Musa ‘alaihissalam dan saudaranya dapat membina para da’i kelas utama yang mewarisi dakwah. Mereka mengerjakan kewajiban dakwah mereka dengan metode yang baik dan penyampaian ringkas. Dialog mereka dengan Qarun adalah bukti terbaik akan hal ini. Peringatan bagi Qarun bahwa jika dia belum beriman, mendermakan hartanya untuk kemakmuran bumi, dan membantu orang-orang yang membutuhkan, maka pekerjaannya merupakan pekerjaan orang-orang yang suka membuat kerusakan. Peringatan bagi Qarun agar dia seimbang dalam menginfakkan hartanya, dengan cara berbuat baik kepada manusia sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berbuat baik kepadanya. Menurut sangkaan dan pandangan Qarun pekerjaan yang dia kerjakan merupakan pekerjaan orang-orang yang suka membuat perbaikan. Tapi, di mata orang-orang yang suka membuat perbaikan, pekerjaan Qarun adalah pekerjaan orang yang suka berbuat kerusakan. Maka jika dia meneruskan pekerjaannya akan berakibat kerusakan di muka bumi yang akan menimpa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda mati. “Qarun berkata: ‘Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.’.” Qarun sombong dengan dengan apa yang ia capai. Ia menyatakan hal itu semata-mata karena ilmu yang ada pada dirinya. Benarkah dia tidak pernah belajar ilmu tersebut pada seorang pun? Dia tidak mengakui hal itu. Dia mengaku bahwa “Harta dan perbendaharaan tersebut merupakan buah dari keseriusanku, kesungguhanku, dan kecerdasanku. Tidak ada seorang pun yang ikut campur di dalamnya.” Kecintaannya terhadap harta telah menyeretnya pada sikap mengesampingkan pikiran sehat dan tindakan yang benar. Qarun masuk dalam lingkaran orang yang kufur nikmat, ingkar, lagi membangkang. Kecintaannya pada dirinya, kseombongan, kebesaran di depan masyarakat yang hadir. Perkataannya bahwa ilmunya tidak bersandar pada seorang pun merupakan bukti dia sombong dan tidak menghargai orang lain. Kecintaannya terhadap popularitas dan kekuasaan mencegahnya untuk mengakui akan eksistensi ilah Yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Karena dia telah berkeyakinan bahwa harta yang dia dapatkan adalah hasil dari ilmu yang dimilikinya, maka tidak ada seorang pun yang berhak atasnya. “Akulah yang paling berhak untuk menggunakannya sekehendak hatiku.” Sebagaimana perkataannya. “Karena ilmu yang ada padaku. Jadi, aku berhak untuk menjadikan manusia sebagai budak dan setiap yang ada pada mereka adalah berkat keutamaanku.” Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?” Qarun mengklaim bahwa dirinya adalah orang yang berilmu. Tapi dia lupa akan sejarah, lupa akan runtuhnya kezaliman dan thaghut, lupa apa yang telah berlaku bagi para pendahulunya, lupa tentang siksa yang menimpa mereka akibat kekafiran dan kedurhakaannya. Sebelum dia, ada orang yang lebih kuat dan lebih banyak anggota, harta, dan ilmu. Tapi adzab dan kebinasaan menimpa mereka karena mereka kafir. Ilmu dan harta bukan penghalang dari turunnya adzab dan kebinasaan. Tapi terkadang adzab turun karena penggunaan harta dan ilmu bagi orang kafir. Kecintaan Qarun terhadap harta telah menjadikannya mengesampingkan pikiran sehat dan mengambil pelajaran dari kehancuran umat-umat terdahulu akibat dari kekafiran dan kedurhakaan mereka. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya.” Hal ini dilakukan Qarun untuk menutupi kelemahannya di hadapan para da’i. Dia ingin memperlihatkan kekayaannya kepada manusia. Oleh karena itu, dia keluar dengan kemegahannya; dengan emas dan perhiasannya guna menyihir mata dan hati orang-orang yang hadir. Orang-orang yang telah dikalahkan oleh harta dan akal mereka telah dirampas oleh harta. Menunjukkan kekuatan materi dan ekonomi. Menurutnya, dia dapat menundukkan para hadirin dan membujuk mereka, melemahkan semangat orang-orang yang menasihatinya. Sebagian besar dari kaum Nabi Musa ‘alaihissalam mempermainkan seruan Nabi Musa ‘alaihissalam dan pengikutnya. Qarun menginginkan hati orang-orang yang mendukung Musa condong pada orang yang memusuhi sang nabi. Firmah Allah Subhanahu wa Ta’ala “Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia, “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar’. Satu bagian terbesar masyarakat yang akan senantiasa ada di setiap zaman. Yaitu manusia yang berangan-angan agar memiliki apa yang dimiliki oleh orang-orang kaya berupa harta dari perbendaharaannya. Bagian masyarakat ini dapat dikenali dengan kondisi imannya yang lemah, mudah goyah, dan tidak teguh dalam menghadapi kesulitan. Selain itu mereka juga dijangkiti oleh sikap membebani diri dengan suatu hal yang diluar batas kemampuannya. Yaitu bersikukuh untuk mendapatkan bagian kekayaan sebagaimana Qarun. Mereka merasa rendah diri karena kefakiran yang ada pada mereka atau karena lemahnya mereka di depan Qarun. Mungkin hal ini merupakan ujian dari Allah untuk menguji kaum mukminin dengan harta Qarun dan kemegahannya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu, “Kecelakaan yang besarlah bagimu, padahal Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar’.” Bagian masyarakat yang lain adalah masyarakat yang sadar akan kebenaran dan hakikatnya. Dia tahu tentang hakikat dunia dan akhirat. Mereka adalah orang-orang yang tahu tentang hati yang sakit yang tergantung pada cinta dunia. Bagian masyarakat lain yang mengetahui bahwa negeri akhirat lebih baik dan lebih kekal daripada perbendaharaan dunia seluruhnya, bukan hanya lebih baik dari harta Qarun saja. Para da’i kaum Nabi Musa –setelah mereka menasihati Qarun– telah menunaikan kewajiban dakwah imani mereka. Menasihati mereka yang akal dan hatinya telah dikuasai oleh penampilan Qarun dan kemegahannya. Mengingatkan mereka akan urgensi Iman dan amal shaleh dalam meraih keselamatan di dunia dan akhirat. Bagian masyarakat lain yang mengetahui bahwa sikap qona’ah merupakan obat terbaik untuk menyikapi kemegahan Qarun dan hartanya. Semoga peringatan ini semakin meminimalisir jumlah orang-orang yang terjerumus ke dalam perbuatan serupa yang dilakukan Qarun. Inilah perlunya para da’i bersandar pada penjelasan tentang urgensi amal shaleh di dunia dan di akhirat. Menggelitik sisi keimanan di hati sebagian kaum mukminin yang ternyata ia terlalu lemah dalam menghadap gemerlap harta yang dimiliki Qarun. Firman Allah, Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap adzab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Alam ini akan berjalan sesuai dengan sunah-sunah ilahiyah dan kauniyah Allah hingga hari kiamat. Terbenamnya Qarun beserta harta kekayaannya merupakan balasan dari amal perbuatannya yang jelek, serta balasan dari kezaliman, kecongkakan, kesombongan, dan keingkarannya terhadap Musa dan dakwah yang dia bawa. Penolong orang-orang yang melampaui batas ketika dia dalam keadaan lapang sangat banyak. Karena mereka adalah orang-orang yang berserikat untuk mendapatkan keuntungan. Tapi, jika sebuah urusan sudah berhubungan dengan akhirat maka tidak ada seorang pun kenal dengan yang lain. Tidakkah bisa Anda saksikan bersamaku, bahwa meskipun Qarun memiliki kekuatan dan kekayaan tidak ada seorang pun yang berani turun tangan untuk menolongnya dari adzab yang menimpanya, meskipun hanya dengan satu kalimat. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, ‘Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu. Berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)’.” Penjelasan tentang urgensi untuk saling mengingatkan pada keimanan. Peringatan tersebut dapat menyalakan kembali bara keimanan dalam hati saudara-saudaranya yang padam di saat mereka dilalaikan dan lupa oleh kemegahan Qarun. Mereka kemudian kembali kepada Allah setelah mereka menyaksikan dengan mata mereka sepak terjang dan akhir kehidupan Qarun. Mereka yakin bahwa Allah-lah yang melapangkan rezeki-Nya bagi siapa saja yang dikehendaki. Tidak ada hubungannya dengan unsur keberuntungan, tapi murni menunjukkan bahwa harta bisa didapat dengan cara pengambilan sebab-sebab yang dapat menghantarkan kepadanya. Karena Allah-lah satu-satunya Dzat Yang Maha Memberi dan Menahan rezeki. Dia memberi siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menahan dari siapa saja yang dikehendaki-Nya dalam rangka menguji mereka. Kesuksesan bagi orang-orang beriman dan kebinasaan bagi orang-orang yang zalim. Demikianlah kondisi mereka hingga hari kiamat kelak.
 BAB III PENUTUP 
 1. Kesimpulan 
A. Ilmu kimia muncul pada zaman Nabi Musa Ketika Allah SWT memerintahkan penulis kitab Taurat dengan emas Nabi Musa bertanya "wahai Tuhanku dimana aku bisa mendapatkan emas?" kemudian Allah mengajari Nabi Musa ilmu kimia. Dan oleh Nabi Musa ilmu Kimia tersebut di ajarkan kepada Qorun karena rasa iba dan agar dapat membantu untuk berbakti kepada Allah SWT dan dapat memberi nafkah kepada anak-anaknya. Qorun yang merupakan orang pakir dan miskin akhirnya menjadi kaya karna memiliki ilmi kimia yaitu merubah tembaga menjadi emas.
 B. Kandungan surat al-Qoshos ayat 76-78 menjelaskan tentang kesombongan Qarun. ia sombong dengan ilmu yang ia capai. Ia menyatakan hal itu semata-mata karena ilmu yang ada pada dirinya. Benarkah dia tidak pernah belajar ilmu tersebut pada seorang pun? Dia tidak mengakui hal itu. Dia mengaku bahwa “Harta dan perbendaharaan tersebut merupakan buah dari keseriusanku, kesungguhanku, dan kecerdasanku. Tidak ada seorang pun yang ikut campur di dalamnya.” 2. Saran Saran yang diberikan berkaitan dengan topik yang diambil yaitu mengenai kemunculan ilmu kimia pada zaman Nabi Musa As. Merupakan ilmu yang bermanfaat dalam menambah wawasan bagi pembaca maupun pemakalah. Berhubungan dengan hal itu harapan kami pembaca dapat melengkapi materi yang telah kami sajikan. 
 DAFTAR PUSTAKA 
Ritin, riska. 2014. Ilmu kimia dalam pandangan agama .[online] Tersedia. http://riskariton.blogsptot.co.id/2014/05/ilmu-kimia-dalam-pandangan-agama-islam.html?m=1. Diaksespada tanggal 12 April 2016 Setiawan, arif.2016.orang abid ahli ibadah binasa sebab karena terlalu banyakharta.[online].Tersedia.http://www.arifsetiawan.info/2016/03/orang/abid/ahli/ibadah/binasa/sebab/karena/terlalu/banyak/harta.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar